Di
bagian benak saya yang paling belakang, saya selalu merasa bukan seseorang yang
suka tampil di depan. Performing arts adalah sesuatu yang sudah lama sekali
tidak saya lakukan dan jelas bukan bagian dari hobi saya. Menyanyi? Saya masih
kebayang-bayang waktu kelas 5 SD pernah dikeluarkan dari tim paduan suara
sekolah karena suara saya sumbang. Bermain musik? Terakhir saya tampil dengan
biola sewaktu masih SMP dan berhenti total ketika harus menghadapi ujian IB
sewaktu SMA. Menari? Hmmmmm.. hahaha sudah ngga ingat lagi kapan terakhir. Tapi
lama tinggal di Canberra, saya menjadi lebih tertarik dengan budaya saya
sendiri, salah satunya dengan kebiasaan baru saya untuk memakai kain-kain dari
seluruh nusantara untuk pakaian sehari-hari. Mungkin karena itu juga ketika
saya diajak untuk ikut menari Jai, tarian tradisional dari Pulau Flores, saya
langsung setuju.
Seumur
hidup saya hanya pernah mempelajari tarian Jawa dan Bali (mungkin pernah
Sulawesi sedikit, tapi sudah tidak ingat lagi) makanya tarian Indonesia timur
menjadi sangat menarik. Setelah latihan
beberapa kali jadilah saya ikut tampil pada acara Warung Konsuler yang diadakan
oleh KBRI Canberra. Acara ini ditujukan untuk para orang Indonesia yang baru
datang di Canberra dan ingin mengurus administrasi kekonsuleran seperti lapor
diri, menerjemahkan SIM, dan lainnya. Sebenarnya yang paling saya sukai dari
pengalaman ini adalah kesempatan untuk memakai baju tradisional Flobamora yang
dimiliki oleh seorang Indonesia yang sudah lama tinggal di Australia. Selain
itu saya juga merasa ikut berpatisipasi dalam gerakan diaspora budaya
Indonesia, walaupun dalam lingkup yang sangat kecil dan terbatas J
All Photos by Betsy Phillips
Why is this a special part of Project Tatooine?
What an interesting experience of exploring one of the cultural gems of East Indonesia.
0 comments:
Post a Comment